Silahkan di download
Materi Kalkulus II :
1. Latihan Kalkulus
2. Materi kalkulus Stewart
The wonderful of your self
Minggu, 18 Maret 2012
Jumat, 16 Maret 2012
Sabtu, 10 Maret 2012
Keimanan dan Ketakwaan serta Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
BAB I
Pendahuluan
1.1. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan
berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar,
inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk
agama Islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu –
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap
batin yang terletak dalam hati. Dalam surah al-Baqarah ayat 165
165. Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan
bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). .
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun
billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau
keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan
sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
1.2. Wujud Iman
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan
dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama
Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan
atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada
akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya
akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun
perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau
iman mengikat seorang muslim,
sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh
karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala
sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran
Islam.
1
1.3. Proses Terbentuknya Iman
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan
pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai
pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula
halnya dengan benih iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan
iman/kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga,
masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti
cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak
langsung, baik yang disengaja maupun tidak
disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua
dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak.
Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan
diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan
perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, “Setiap anak, lahir
membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi
Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian.
Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci.
Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah.
Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin
beriman kepada Allah.
Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu
diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah
menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah
dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
1.4. Tanda-tanda Orang Beriman
Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai
berikut:
1.
Jika disebut nama Allah, maka
hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf
memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk
segera melaksanakannya (al-Anfal: 2)
. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka
. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka
2.
Senantiasa tawakal, yaitu bekerja
keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk
tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120
al-Maidah: 12
|
[5:12] Dan sesungguhnya Allah
telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara
mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta
kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta
beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik {406} sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu.
Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air
didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah
itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.
|
at-Taubah: 52
|
[9:52] Katakanlah: "tidak
ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan
{646}. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu
azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami
menunggu-nunggu bersamamu."
|
Ibrahim: 11
|
[14:11] Rasul-rasul mereka
berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu,
akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada
kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya
orang-orang mukmin bertawakkal.
|
Mujadalah: 10
|
[58:10] Sesungguhnya pembicaraan
rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka
cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada
mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang
yang beriman bertawakkal.
|
3.
Tertib dalam melaksanakan shalat dan
selalu menjaga pelaksanaannya
al-Anfal: 3
.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya
. Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia
segera shalat untuk membina kualitas imannya.
4.
Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang
kaya dengan yang miskin.
5.
Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun:
3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu
Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6.
Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min
tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7.
Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan
Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan
harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8.
Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti
itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan
dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
1.5. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah
tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis.
Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat,
dan keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan
Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau
konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang
ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua
wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah,
berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari
tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah)
lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah
adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah
selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan
menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam
pengertian beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan
Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa
mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah
bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid
yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan
praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan
keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan
sehari-hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan
amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks.
Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan
percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan
dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru
dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam
syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah
dan meninggalkan segala larangan-Nya.
BAB II
ISI
2.1. Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah
sosial-budaya yang sudah established, sehingga sulit sekali
memperbaikinya.
Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti berbicara
tentang masalah alam pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa
Indonesia adalah majemuk (pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya selalu
dipenuhi oleh konflik baik sesama orang Islam maupun orang Islam dengan
non-Islam.
Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dideskripsikan
sebagai masyarakat yang antara satu dengan lainnya saling bermusuhan. Hal itu
digambarkan oleh Ali Imran: 103
|
[3:103] Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
|
, sebagai kehidupan yang terlibat dalam wujud saling
bermusuhan (idz kuntum a’daa’an), yaitu suatu wujud kehidupan yang
berada pada ancaman kehancuran.
Adopsi modernisme (werternisme), kendatipun
tidak secara total, yang dilakukan bangsa Indonesia selama ini, telah
menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semi naturalis. Di sisi lain,
diadopsinya idealisme juga telah menjadikan bangsa Indonesia menjadi
pengkhayal. Adanya tarik menarik antara kekuatan idealisme dan naturalisme
menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak menentu. Oleh karena itu,
kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme tersebut.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal
ini karena diadopsinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran.
Sedangkan di bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin
jauhnya anggota parlemen dengan nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan
oportunis.
Di bidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan
kriminal sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan
oleh anggota masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi adalah tindakan
penyalahgunaan NARKOBA oleh anak-anak sekolah, mahasiswa, serta masyarakat. Di
samping itu masih terdapat bermacam-macam masalah yang dihadapi bangsa
Indonesia dalam kehidupan modern.
6
Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang
ilmu merupakan roh yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi
tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan kejiwaan, karena kalau
masuk dalam kehidupan seperti itu, maka akan melahirkan risiko yang besar.
Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan
di atas, perlu diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa
yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern
tersebut.
2.2. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawa Problema dan
Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar.
Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia.
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan
Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu
kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan
bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia
yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada
kesaktian benda-benda kramat, mengikis kepercayaan pada khurat, takhyul,
jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah
surat al-Fatihah ayat 1-7 .
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut.
Banyak di antara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan
Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah
dalam QS 4 (al-Nisa’):78
|
[4:78] Di mana saja kamu berada,
kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi
lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan {319}, mereka mengatakan :
"Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu
bencana mereka mengatakan : "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah : "Semuanya (datang) dari sisi Allah".
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan {320} sedikitpun
|
3. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan .
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena
kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan
prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri,
karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman
Allah dalam QS 11 (Hud):6
|
[11:6] Dan tidak ada suatu
binatang melata {709} pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya,
dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya
{710}. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh
|
4. Iman memberikan katentraman jiwa
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan
berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar,
inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk
agama Islam.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan
dalam perbuatannya.
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar yaitu
iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda, menanamkan semangat berani
menghadapi maut, menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan, memberikan
katentraman jiwa.
DAFTAR
PUSTAKA
Yunus, Mohamad. 1997.
Pendidikan Agama Islam untuk SLTP. Jakarta. Erlangga
Azra, Azyumardi, dkk.
2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta.
Departemen Agama RI
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004.
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta. Departemen Agama RI
Ahmadi Abu, dkk. 1991. Dasar – Dasar
Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Bumi Aksara
Darajat, Zakiah, dkk. 1986. Dasar –
Dasar Agama Islam. Jakarta. Departemen Agama RI
http://tafany.wordpress.com/2008/03/20/keimanan-ketakwaan/
Al quran
Atau buat yang pengen download softcopynya klik aja implementasi iman dan taqwa
Materi Kuliah Fisika 1
Materi Fisika 1 :
1. Energi dan Usaha
2. Besaran dan Satuan
3. Hukum Perpindahan Newton
4. Vektor
5. Usaha dan Energi Kinetik
6. Energi Potensial dan Energi Konservasi
1. Energi dan Usaha
2. Besaran dan Satuan
3. Hukum Perpindahan Newton
4. Vektor
5. Usaha dan Energi Kinetik
6. Energi Potensial dan Energi Konservasi
Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
Materi Ilmu Sosial Budaya Dasar :
1. Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
1. Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
Materi Kuliah PPKN dan Kisi-Kisi UAS
Materi Kuliah PPKN :
1. Filsafat Pancasila
2. Identitas Nasional
3. Identitas Nasional
4. Hak dan Kewajiban Warga Negara
5. HAM dan Rule of Law
6. Pancasila dan Civil Society
7. Pancasila
8. Wawasan Nusantara
9. Politik dan Strategi Nasional
10. Geopolitik
11. Konstitusi
12. Luas Lingkup Kebijakan Publik
13. Negara Indonesia dan Pancasila
14. Indonesia Negara Hukum
15. Pancasila dan Multikulturalisme
16. Multikulturalisme
17. Geopolitik dan Geostrategi
18. Konstitusi
19. Pancasila sebagai Dasar Pembuatan dan Implementasi Kebijakan Negara
20. UU RI no. 10 Tahun 2004
21. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUDN RI'45)
Pa
1. Filsafat Pancasila
2. Identitas Nasional
3. Identitas Nasional
4. Hak dan Kewajiban Warga Negara
5. HAM dan Rule of Law
6. Pancasila dan Civil Society
7. Pancasila
8. Wawasan Nusantara
9. Politik dan Strategi Nasional
10. Geopolitik
11. Konstitusi
12. Luas Lingkup Kebijakan Publik
13. Negara Indonesia dan Pancasila
14. Indonesia Negara Hukum
15. Pancasila dan Multikulturalisme
16. Multikulturalisme
17. Geopolitik dan Geostrategi
18. Konstitusi
19. Pancasila sebagai Dasar Pembuatan dan Implementasi Kebijakan Negara
20. UU RI no. 10 Tahun 2004
21. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUDN RI'45)
Pa
KISI-KISI UAS PPKN
Deskripsi Mata Kuliah : Mata Kuliah ini membahas tentang Filsafat
Pancasila, identitas nasional, Hak dan Keajiban Warga Negara, Negara dan
Konstitusi, Demokrasi Indonesia, HAM dan Rule of Law, Geopolitik Indonesia,
Geostrategi Indonesia, Ketanahan Nasional dan Wawasan Nasional yang mampu
memberikan landasan etis perilaku mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat,
bernegara dan berbangsa.
Kompentensi Dasar : Menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang
berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem
nilai Pancasila
A. PROGRAM PENGAJARAN
NO |
TUJUAN
INSTRUKSIONAL KHUSUS
|
POKOK
BAHASAN
|
SUB
POKOK BAHASAN
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
|
Menjelaskan tentang demokrasi dan pendidikan demokrasi di Indonesia
|
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi (1)
|
7.1. Hakikat
Demokrasi
7.2. Demokrasi
sebagai Pandangan hidup
7.3. Unsur penegak
demokrasi
7.4. Model-model
Demokrasi
7.5. Prinsip dan
parameter demokrasi
7.6 Problema demokrasi
di Indonesia
7.7 Membangun
Masyarakat Demokratis berkeadban
|
|
2
|
Menjelaskan Multikulturalisme di Indonesia
|
Multikulturalisme di Indonesia
|
8.1 Realitas
Pluralitas di Indonesia
8.2 Konsep dan definisi
Multikulturalisme
8.3 Komunikasi antar budaya di indonesia
8.4 Multikulturalisme di Indonesia
8.5 Meminimalisasi konflik horisontal
dalam masyarakat yang multikultur
|
|
3
|
Menjelaskan konsep
dasar Geopolitik Indonesia
|
Geopolitik Indonesia
|
9.1. Pengertian
Geopolitik
9.2. Perkembangan
Geopolitik di Indonesia
9.3. Unsur-Unsur Geopolitik
9.4. Arti Penting Geopolitik
9.5. Implementasi
Geolopolitik dalam Hukum Kewilayahan
|
|
4
|
Menjelaskan konsep
dan arti penting Geostrategi Indonesia
|
Geostrategi Indonesia (1)
|
10.1. Konsep Dasar
10.2.Latarbelakang
Pentingnya Geostrategi di Indonesia
10.3. Model-model
Geostrategi
10.4. Unsur-unsur
Geostrategi
10.5 Unsur-unsur Ketahanan Nasional
10.6 Konsep Astagatra
10.7 Implementasi Ketahanan Nasional
|
|
5
|
Menjelaskan
Kebijakan Negara dan Implementasi Kebijakan Negara
|
Kebijakan Negara dan Implementasi
Kebijakan Negara
|
11. 1 Arti dan
definisi kebijakan negara
11.2 Hal-hal apa
sajakah yang dimaksud dengan kebijakan negara
11.3 Tata urut
perundangan yang berlaku di Indonesia menurut UU No 10 Th 2004
11. 4 Arti dan
definisi implementasi kebijakan negara
11.5 arti penting
Implementasi kebijakan negara
|
|
6
|
Menjelaskan konsep
dasar Wawasan Nusantara
|
Wawasan Nusantara
|
12.1. Konsep Dasar
12.2.
Latarbelaksang Timbunya Wawasan Nusantara
12.3. Pentingnya
Wawasan Nusantara
12.4. Implementasi
Wawasan Nusantara
|
|
7
|
Menjelaskan Konsep
Negara Pancasila sebagai consensus bersama
|
Negara Indonesia dan Pancasila
|
13.1. Konsep
Kebangsaan Indonesia
13.2. Pancasila sebagai
Ideologi Pemersatu
13.3. Konsep Negara Pancasila
13.4. Pancasila sebagai konsensus
bersama seluruh Bangsa Indonesia
|
|
Kepustakaan :
Kaelan, dkk, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Paradigma
Tim Penyusun UMY
& Asian Foundation, 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta :
UMY-Press.
Kaelan, 1998, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Yogyakarta: Paradigma
Notonegoro, 1975, Pancasila Ilmiah Populer, Jakarta: Pantjuran Tujuh
Sutrisno, Slamet,
2006, Filsafat dan Ideologi Pancasila, Yogyakarta: Penerbit Andi
Tim ICCE UIN Jakarta,
2003, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jakarta: Prenada Media
Undang-Undang Dasar
1945 hasil Amandemen.
SK.DIKTI No :
043/DIKTI/KEP /2006 Tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.
Referensi lain yang
relefan
Langganan:
Postingan (Atom)